Penambang Emas
Penambang Emas
Emas selalu memiliki daya oikat yang kuat. Misalnya saja, para alkemis zaman dahulu terobsesi menemukan cara untuk berubah logam murah menjadi emas. Selain itu ketika emas ditemukan di California pada tahun 1849, menyebabkan kegemparan di banyak daerah. Meskipun emas masih berharga, sebagian besar tambang bijih emas bermutu tinggi telah habis. Sehingga menyisakan tambang bijih emas yang bermutu rendah (material dengan konsentrasi emas rendah), tambang emas mutu rendah membutuhkan biaya mahal untuk proses penambangan emas dibandingkan tambang mutu tinggi (relatif terhadap jumlah emas diperoleh).
Beberapa dekade lalu ada dua ilmuwan menemukan cara baru untuk mengkonsentrasikan emas dari mineral mutu rendah. Christopher Anderson dan Robert Brooks dari Massey University di Palmerston North, Selandia Baru, telah menemukan tanaman yang mengakumulasi unsur emas ketika mereka tumbuh di tanah yang mengandung bijih emas [Nature 395 (1998):553]. Tanaman brassica (dari keluarga mustar) dan tanaman chicory tampak sangat efektif sebagai tanaman "penambang emas". Ketika tanaman ini dikeringkan dan dibakar (setelah ditanam di tanah yang mengandung emas), abu yang dihasilkan mengandung sekitar 150 ppm (bagian per juta) emas. (1 ppm emas mewakili 1 g emas dalam 106 g sampel.)
Para ilmuwan Selandia Baru mampu menggandakan jumlah emas yang diserap oleh tanaman dengan cara mentreatment tanah dengan amonium tiosianat (NH4SCN). Tiosianat dapat bereaksi dengan emas, membuatnya lebih mudah diserap tanaman, kemudian senyawa ini terurai di dalam tanah sehingga tidak menimbulkan bahaya lingkungan. Dengan demikian tanaman tampaknya memiliki prospek besar sebagai penambang emas. Mereka efisien dan dapat diandalkan dan tidak akan pernah merusak lingkungan.
John Mc Murry, General Chemistry, 4th Edition
Zhumdahl, Chemistry, 8th Edition
Komentar
Posting Komentar